Nama: Ari Rindra Nugroho
Kelas: 3IB01A
TUGAS 3 - DEPRESIASI
DEPRESIASI
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti
seiring dengan waktu dan penggunaannya. Dalam
konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap
pendapatan sebelum pajak sehingga
pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili
dalam laporan keuangan suatu
perusahaan.
Depresiasi adalah biaya non-kas yang berpengaruh terhadap pajak
pendapatan.
Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan berikut:
1. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk
menghasilkan pendapatan.
2. Harus mempunyai umur manfaat tertentu, dan umurnya harus lebih
lama dari setahun.
3. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami
peluruhan/ kehancuran, usang, atau
mengalami pengurangan nilai dari nilai asalnya.
4. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti
investasi.
Properti yang dapat didepresiasi dikelompokkan menjadi:
- nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri
dari properti personal (personal property) seperti
mesin-mesin, kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang
sejenis; dan properti riil (real property)
seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh
atau berdiri di atas tanah tersebut
- tidak nyata (intangible). Properti personal seperti hak
cipta, paten atau franchise.
Definisi-Definisi
Basis, atau basis harga: biaya awal untuk mendapatkan aset
(harga beli ditambah pajak), termasuk biaya
transportasi dan biaya lain sampai aset tersebut dapat digunakan
sesuai fungsinya.
Basis (harga) yang disesuaikan: harga awal aset
disesuaikan dengan kenaikan atau penurunan yang
diperkenankan. Misal: biaya perbaikan aset dengan umur manfaat
lebih dari setahun meningkatkan
basis harga awal, dan kecelakanna atau kecurian menurunkan harga
awal.
Nilai (harga) buku: nilai properti (aset) sesuai dengan laporan
akuntansi, yang mewakili jumlah modal yang masih diinvestasikan pada aset
tersebut. Sama dengan harga awal (termasuk segala penyesuaian) dikurangi dengan
pengurangan karena depresiasi. Nilai buku suatu aset pada akhir
tahun ke-k dirumuskan dengan:
|
Nilai buku k basis harga yang disesuaikan -
pengurangan depresiasi.
Harga pasar: nilai yang dibayar seorang pembeli kepada penjual
aset dimana masing-masing mendapatkan keuntungan dan bertindak tanpa paksaan.
Periode perolehan kembali (recovery period): jumlah tahun dimana
basis (harga) suatu aset diperoleh kembali melalui proses akuntansi. Disebut
juga umur manfaat (klasik) atau kelas properti atau umur kelas.
Tingkat perolehan kembali: persentase untuk setiap tahun periode
perolehan kembali, yang digunakan untuk menghitung pengurangan karena
depresiasi tahunan.
Nilai sisa: perkiraan nilai aset pada akhir umur manfaatnya,
merupakan harga jula suatu aset jika tidak lagi digunakan untuk proses produksi
oleh pemiliknya.
Umur manfaat: perkiraan periode waktu pemakaian aset
(properti) dalam kegiatan produktif atau untuk menghasilkan pendapatan.
3 Metode Perhitungan Depresiasi
Secara umum, metode perhitungan depresiasi dibagi dua, yaitu:
1. Metode klasik, terdiri dari:
a. Metode garis lurus (straight-line, SL)
b. Metode declining balance (DB)
c. Metode sum-of-the-years-digits (SYD)
2. Sistem perolehan biaya dipercepat
termodifikasi (Modified Accelerated Cost Recovery System, MACRS)
Ø Metode Garis Lurus
Metode ini mengasumsikan bahwa aset terdepresiasi secara konstan
setiap tahunnya selama umur manfaatnya.
Cara Penyusutan : - Linier
- Cembung
- Cekung
1. Garis Lurus (Linier)/Straight Line Depreciation
|
Atau
dimana:
N = umur manfaat
B = basis harga, termasuk penyesuaian
dk = pengurangan depresiasi pada tahun ke k
(1 ≤ k ≤ N)
BVk = nilai buku pada akhir tahun ke k
SVN = perkiraan nilai sisa pada akhir tahun ke N
*
k d = depresiasi kumulatif selama tahun ke k
Contoh 1:
I = 100 jt
L = 20 jt
N = 5 Th
dn = d= (100 jt - 20 jt):5 = Rp 16 jt
- Depresiasi s/d tahun ke-3 = D3 = 3 d = 3 x Rp 16 jt = Rp 48 jt
- Nilai buku tahun ke-3 B3
= I – D3
= 100 jt – 48 jt
= 52 jt
Ø Metode Declining Balance
Disebut juga metode persentase konstan atau formula Matheson,
dengan asumsi bahwa biaya depresiasi tahunan adalah suatu persentase yang tetap
dari nilai buku awal tahun. Mengalikan nilai buku tahun sebelumnya dengan suatu
faktor yang lebih kecil dari pada 1
Depresiasi suatu aktiva tetap dilihat dari anggapan bahwa
aktiva tetap baru sangat besar peranannya dalam usaha mendapatkan penghasilan,
peranan aktiva tetap tersebut semakin lama semakin mengecil seiring dengan
semakin tuanya aktiva tetap tersebut. Nilai sisa atau nilai residu tidak
diikutsertakan dalam perhitungan. Satu-satunya metode depresiasi yang
menggunakan nilai buku.
Pembelian melewati tanggal 15 bulan berjalan, depresiasi dihitung
pada bulan berikutnya.
Rumus Depresiasi Saldo Menurun :
= { (100%/umur ekonomis) x 2 } x Nilai Perolehan/Nilai Buku
Ilustrasi : PEMBELIAN AWAL TAHUN
CV. Matahari Fajar membeli peralatan pada tanggal 3 Januari 2007
seharga Rp. 50.000.000,- dengan nilai sisa diperkirakan sebesar 5% dari harga
perolehan. Umur ekonomis 4 tahun ( nilai sisa tidak digunakan hanya jebakan
saja).
Depresiasi 2007 ={ ( 100% /4) x 2 } x Rp. 50.000.000
= Rp. 25.000.000,-
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2007 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan= Rp. 25.000.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 25.000.000
Depresiasi 2008 = 50% x ( Rp. 50 jt – 25 jt ) = Rp. 12.500.000
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2008 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan=Rp. 12.500.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 12.500.000
Depresiasi 2009 = 50% x (Rp 50 jt-25jt-12,5jt) = Rp. 6.250.000
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2009 :
D : Beban Depresiasi-Peralata=Rp. 6.250.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp. 6.250.000
Depresiasi 2010 = Rp.50 jt – 25jt-12,5jt-6,25jt = Rp. 6.250.000
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2010 :
D : Beban Depresiasi-Peralatan=Rp. 6.250.000
K : Akumulasi Depresiasi-Peralatan========Rp.6.250.000
Ilustrasi : PEMBELIAN TAHUN BERJALAN
UD. Halimun Pagi membeli mesin bubut pada tanggal 23 September
2006 seharga Rp. 30.000.000 umur 4 tahun.
Depresiasi 2006 = {(100%/4)x 2 } x 3/12 x Rp.30.000.000 = Rp. 3.750.000
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2006 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.750.000,-
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 3.750.000,-
Depresiasi 2007 = 50% x (Rp. 30jt-3,75jt) = Rp.13.125.000
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2007 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 13.125.000
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 13.125.000
Depresiasi 2008 = 50% x ( Rp.30jt-3,75jt-13,125jt)= Rp. 6.562.500
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2008 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 6.562.500
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 6.562.500
Depresiasi 2009= 50% x (Rp.30jt-3,75jt-13,125jt-6,5625jt)=Rp. 3.281.250
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2009 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.281.250
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp. 3.281.250
Depresiasi 2010 = Rp. 3.281.250 ( sisanya saja)
Jurnal pada tanggal 30 September 2010 :
D : Beban Depresiasi-Mesin Bubut=Rp. 3.281.250
K : Akumulasi Depresiasi-Mesin Bubut=======Rp3.281.250
STRAIGHT LINE DEPRECIATION .
Istilah lain dari metode garis lurus adalah straigt line method,
di dalam metode ini beban penyusutan aktiva tetap pertahunnya akan sama sampai
akhir umur ekonomis aktiva tetap tersebut.
Rumusnya:
Bagaimana sih penyusutan nilai aktiva tetap dengan menggunakan
metode garis lurus itu?
Dengan metode garis lurus, beban penyusutan
tiap tahun penggunaan aktiva tetap jumlahnya sama. Dengan demikian jumlah
penyusutan tiap tahun dihitung sebagai berikut:
Penyusutan = (HP – NR)/n
Keterangan
HP = Harga
Perolehan Aktiva Tetap
NR = Nilai
Residu atau Nilai Sisa
n = Taksiran
Usia Ekonomis Aktiva Tetap
Contoh:
Pada tanggal 5 April 2000 dibeli sebuah mesin
dengan harga perolehan Rp 13.000.000,00. Usia kegunaan mesin tersebut ditaksir
selama 8 tahun dan nilai residu Rp 1.000.000,00. Penyusutan tiap tahun
penggunaan mesin dari data di atas, dihitung sebagai berikut:
Penyusutan =
|
Rp13.000.000,00 – Rp1.000.000,00
|
= Rp1.500.000,00
|
8
|
Beban penyusutan mesin tahun 2000 adalah sebesar :
Penyusutan = 9/12 x Rp
1.500.000,00 = Rp 1.125.000,00.
Mengapa 9/12?? Karena dari 12 bulan yang ada pada tahun 2000,
mesin hanya beroperasi selama 9 bulan, yakni mulai bulan April hingga bulan
Desember.
Jumlah inilah yang dicatat pada tanggal 31 Desember 2000 dengan
jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Des 31 Beban
Penyusutan Mesin Rp 1.125.000,00
Akumulasi
penyusutan Mesin Rp 1.125.000,00
Beban penyusutan mesin untuk setiap periode penggunaannya adalah
sebagai berikut:
No.
|
Thn
|
Perhitungan beban penyusutan thn berjalan
|
BebanPenyusutan thn berjalan
|
Akumulasi
Penyusutan
|
Nilai Buku Aktiva
|
1.
|
2000
|
9/12 x Rp1.500.000,00
|
Rp1.125.000,00
|
Rp 1.125.000,00
|
Rp11.875.000,00
|
2.
|
2001
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp 2.625.000,00
|
Rp10.375.000,00
|
3.
|
2002
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp 4.125.000,00
|
Rp 8.875.000,00
|
4.
|
2003
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp 5.625.000,00
|
Rp 7.375.000,00
|
5.
|
2004
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp 7.125.000,00
|
Rp 5.875.000,00
|
6.
|
2005
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp 8.625.000,00
|
Rp 4.375.000,00
|
7.
|
2006
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp10.125.000,00
|
Rp 2.875.000,00
|
8.
|
2007
|
Rp1.500.000,00
|
Rp1.500.000,00
|
Rp11.625.000,00
|
Rp 1.375.000,00
|
9.
|
2008
|
3/12 x Rp1.500.000,00
|
Rp 375.000,00
|
Rp12.000.000,00
|
Rp 1.000.000,00
|
Akumulasi penyusutan mesin setelah habis usia
penggunaannya adalahRp12.000.000,00
Aktiva tetap dalam akuntansi adalah aktiva berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk
digunakan selama lebih dari satu periode.
Jenis aktiva berwujud ini biasanya dibeli untuk digunakan dalam operasional dan
tidak dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aktivat tetap antara lain adalah
properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor,
furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain. Kecuali tanah atau
lahan, aktiva tetap merupakan subyek dari depresiasi atau penyusutan.
Pada umumnya, banyak perusahaan menggunakan dasar perhitungan penyusutan
menggunakan metode garis lurus karena dianggap mudah dan sederhana. Rumus
perhitungan penyusutan metode garis lurus adalah sebagi berikut :
= (Harga Perolehan – Nilai Sisa/Residu) : umur ekonomis (dalam hitungan bulan)
NB:
Dikarenakan banyaknya pertanyaan yang masuk seputar perhitungan penyusutan per
bulan dan akumulasi penyusutan, berikut saya tambahkan tulisan ini. Semoga bisa
sedikit lebih membantu anda dalam menyelesaikan kasus.
Bagi yg msh mengalami kesulitan mengetahui besarnya penyusutan suatu barang;
anda hrs mengetahui tanggal/bulan/tahun pembelian sehingga didapat perhitungan
yang tepat. Apabila tanggal/bulan/tahun tdk didapat, minimal anda harus
mengetahui bulan dan tahun pembeliannya.
Rumus perhitungannya penyusutan per bulannya adalah sbb:
Bagi mereka yg menggunakan nilai residu pd perhitungan penyusutan, rumusnya
sbb:
= (Harga Perolehan – Nilai Sisa/Residu) : umur ekonomis
Bagi mereka yg tdk menggunakan nilai residu pd perhitungan penyusutan, rumusnya
sbb:
= Harga Perolehan : umur ekonomis
Namun bagi anda yang ingin menghitung penyusutan harta yang telah berjalan
(pembelian terdahulu), caranya adalah sbb :
1. Hitung terlebih dahulu besarnya penyusutan per bulan
2. Kalikan nilai penyusutan per bulan dg banyaknya bulan yg sudah berjalan,
sehingga didapat akumulasi penyusutannya
Contoh kasus :
Pd tanggal 1 Januari 2012 telah dibeli kendaraan senilai 100jt, perusahaan
telah menentukan umur ekonomis adalah 5 tahun dengan nilai residu 1jt,
hitunglah akumulasi penyusutan kendaraan sampai dengan bulan April 2012.
Jawabannya adalah sebagai berikut :
1. Hitung penyusutan per bulan terlebih dahulu
= 100jt – 1jt : (5×12)
= 99jt : 60 bulan
= 1.650.000
2. Hitung akumulasi penyusutan dari bulan Januari – April 2012 (4 bulan)
= 1.650.000 x 4
= 6.600.000
SUM OF YEARS DEPRECIATION
Istilah dari metode ini adalah sum of the years digit method, besarnya
penyusutan aktiva tetap berdasarkan metode jumlah angka tahun mengalami
penurunan jumlah tiap tahunnya.
Bagaimanakah penyusutan aktiva tetap dengan menggunakan metode
jumlah angka tahun itu?
Dengan metode ini penyusutan untuk setiap
tahun jumlahnya menurun. Penyusutan setiap tahun penggunaan aktiva tetap,
dihitung sebagai berikut:
Penyusutan =
|
Sisa usia aktiva tetap pada tahun penggunaan
|
x (HP – NS)
|
Jumlah angka tahun usia aktiva tetap
|
Keterangan:
HP = Harga
Perolehan Aktiva Tetap
NS = Nilai
Residu atau Nilai Sisa
Jumlah angka tahun aktiva tetap dapat dihitung menggunakan rumus:
n(n+1)/2
dimana, n adalah umur ekonomis aktiva tetap
Contoh:
Pada tanggal 10 Juli 2000 dibeli sebuah mesin dengan harga
perolehan Rp 6.500.000,00. Taksiran usia ekonomis 5 tahun dan nilai residu Rp
500.000,00.
Jumlah angka tahun = 5(5 + 1)/2 = 15
Jumlah yang harus disusutkan = Rp6.500.000,00 – Rp500.000,00 =
Rp6.000.000,00
Penyusutan tiap tahun penggunaan mesin dari
data di atas, dihitung sebagai berikut:
Angka tahun
|
Sisa umur
|
Perhitungan Penyusutan
|
Penyusutan
|
1
|
5
|
5/15 x Rp6.000.000,00
|
Rp2.000.000,00
|
2
|
4
|
4/15 x Rp6.000.000,00
|
Rp1.600.000,00
|
3
|
3
|
3/15 x Rp6.000.000,00
|
Rp1.200.000,00
|
4
|
2
|
2/15 x Rp6.000.000,00
|
Rp 800.000,00
|
5
|
1
|
1/15 x Rp6.000.000,00
|
Rp 400.000,00
|
Pada periode 2000, mesin dioperasikan selama 6 bulan, yaitu sejak
bulan Juli sampai dengan Desember 2000. Dalam hal ini aktiva tetap yang
dioperasikan 15 hari atau lebih pada bulan pertama, bulan pertama dapat
dianggap dioperasikan satu bulan penuh. Dengan demikian beban penyusutan
periode 2000 adalah sebesar:
6/12 x Rp 2.000.000,00 = Rp1.000.000,00
sedang beban penyusutan tahun 2001 dihitung :
dari tahun ke 1: 6/12 x Rp
2.000.000,00 = Rp1.000.000,00
dari tahun ke 2: 6/12 x Rp
1.600.000,00 = Rp 800.000,00
Jumlah Rp1.800.000,00
Demikian pula beban penyusutan tahun 2002 dihitung seperti diatas.
Beban untuk setiap periode, setelah dihitung seperti diatas, akan tampak
seperti dalam tabel berikut ini:
No.
|
Periode
|
Perhitungn beban penyusutn thn berjalan
|
Beban penyusutan thn berjalan
|
Akumulasi Penyusutan
|
Nilai Buku Aktiva
|
1.
|
2000
|
6/12 x Rp2.000.000
|
Rp1.000.000
|
Rp1.000.000
|
Rp5.500.000
|
2
|
2001
|
6/12 x Rp2.000.000
6/12 x Rp1.600.000
|
Rp1.800.000
|
Rp2.800.000
|
Rp3.700.000
|
3
|
2002
|
6/12 x Rp1.600.000
6/12 x Rp1.200.000
|
Rp1.400.000
|
Rp4.200.000
|
Rp2.300.000
|
4
|
2003
|
6/12 x Rp1.200.000
6/12 x Rp 800.000
|
Rp1.000.000
|
Rp5.200.000
|
Rp1.300.000
|
5
|
2004
|
6/12 x Rp 800.000
6/12 x Rp 400.000
|
Rp 600.000
|
Rp5.800.000
|
Rp 700.000
|
6
|
2005
|
6/12 x Rp 400.000
|
Rp 200.000
|
Rp6.000.000
|
Rp 500.000
|
Jumlah-jumlah pada kolom beban penyusutan akan dicatat debit pada
akun “Beban Penyusutan Mesin” dan kredit pada akun “Akumulasi Penyusutan Mesin”
setiap akhir periode masing-masing. Dengan demikian saldo akun “Akumulasi
Penyusutan Mesin” akan bertambah setiap akhir periode, sehingga setelah habis
masa penggunaan mesin akun tersebut akan menunjukkan saldo kredit sebesar Rp
6.000.000,00.
UNIT PRODUKSI DEPRESIASI
Depresiasi/Penyusutan Aktiva Tetap
Unit of Production Method
Kapasitas produksi suatu aktiva tetap dijadikan pedoman dalam
penentuan besarnya depresiasi, dan besarnya produksi yang dilakukan dalam
kapasitas produksi tersebut merupakan metode yang digunakan untuk menghitung
depresiasi.
Rumus menghitung depresiasi :
Tarif depresiasi =
Harga perolehan-nilai sisa/kapasitas produksi
Ilustrasi :
PT Garuda Nusantara membeli mesin penggilingan padi seharga
Rp.10.000.000 dengan kapasitas produksi 50 ton beras, umur 4 tahun. Adapun
perincian pemakaian selama 4 tahun tersebut :
Tahun 1 : 15 ton
Tahun 2 : 10 ton
Tahun 3 : 20 ton
Tahun 4 : 5 ton
Jawab :
Depresiasi tahun.ke1 = Rp.10.000.000/50 ton x 15 ton = Rp. 3.000.000,-
Jurnal pada akhir tahun ke 1 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 3.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad=====Rp. 3.000.000
Depresiasi tahun ke 2 := Rp. 200.000 x 10 ton = Rp. 2.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 2 :
Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.2.000.000
Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====== Rp. 2.000.000
Depresiasi tahun ke 3 = Rp. 200.000 x 20 ton = Rp. 4.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 3 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp.4.000.000
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Padi====Rp. 4.000.000
Depresiasi tahun ke 4 = Rp. 200.000 x 5 ton = R. 1.000.000
Jurnal pada akhir tahun ke 4 :
D : Beban Dep.-Penggilingan Padi Rp. 1.000.000,-
K : Akumulasi Dep.-Penggilingan Pad==== Rp. 1.000.000
DEPLESI
Deplesi adalah kata lain penyusutan yang terjadi pada sesuatu benda yang
bersifat alami dan tidak dapat diperbaharui. Deplesi merupakan salah satu
istilah ekonomi geografi yang digunakandalam dunia pertambangan untuk
menyatakan penyusutan pada sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
seperti misalnya bijih besi, hasil tambang, kayu hutan dsbnya.
Deplesi terkadang juga di gunakan dalam ilmu biologi sebagai
penganti istilah penyusutan, berkurangnya jumlah suatu senyawa organik yang
terjadi dalam sel. Kata deplesi digunakan jika penyusutan yang terjadi tidak
bersifat merugikan tetapi mempunyai manfaat bagi bagian-bagian yang menerima hasil
dari penyusutan tersebut.
Dalam ilmu akuntansi yang merupakan bagian ilmu yang paling banyak
menggunakan istilah deplesi, deplesi diartikan sebagai alokasi biaya yang
diperolehan sumber-sumber alam ke periode-periode yang menerima manfaat dari
sumber itu. Biaya deplesi dihitung dengan metode satuan produksi yang berarti
bahwa biaya deplesi merupakan fungsi jumlah satuan yang dieksploitasi selama
satu periode. Dalam ini hal yang di eksploitasi adala sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui. Karena pengelolaan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui berhubungan erat dengan sektor pertambangan, maka bisa dikatakan
bahwa kata
deplesi selalunya pasti merujuk pada perhitungan akuntansi
pertambangan yang beerkaitan dengan hasil residu, tafsiran perolehan, dll.
Ilustrasi 1 :
PT Andalan Tambang memperoleh hak penambangan sebesar Rp. 500.000.000.000,-
Estimasi hasil yang terkandung didalamnya sebesar 1.000.000 ton bahan tambang.
Tahun pertama berhasil ditambang sebesar 26.500 ton, maka Jurnal Deplesi yang
dilakukan akhir tahun pertama adalah :
D : Beban Deplesi=== Rp. 13.250.000.000,-
K : Akumulasi Deplesi====== Rp. 13.250.000.000,-
Keterangan:
Besarnya deplesi tergantung pada jumlah ton yang berhasil ditambang.
Ilustrasi 2 :
Pada tanggal 5 Januari 20 A PT Perkasa membeli tanah yang mengandung bijih besi
seharga Rp. 100 milyar. Estimasi nilai sisa tanah seharga Rp. 20 milyar. Hasil
survey geologi pada saat pembelian terdapat 2 juta bijih besi yang dapat
diambil. Pada tahun 20A dikeluarkan biaya untuk pembuatan jalan dan proses
pengeluaran bijih besi sejumlah Rp. 750 juta. Pada tahun 20A, 50.000 ton telah
ditambang. Survey baru dilakukan pada akhir tahun 20B dan diperkirakan ada 3
juta ton bijih besi yang terkandung didalam tambang. Pada tahun 20B, 125.000
ton bijih besi berhasil ditambang.
Instruksi:
Hitunglah beban deplesi tahun 20A dan 20B
Solusi :
Beban Deplesi tahun 20A :
Harga sumber daya -nilai sisa Rp. 80.000.000.000,-
Perbaikan lahan jalan............Rp 750.000.000,-
Jumlah..................................Rp.80.750.000.000,-
Estimasi bijih besi dalam ton = 2.000.000 ton
Biaya deplesi per ton Rp. 40.375,-
Beban Deplesi Tahun 20A =
* 50.000 ton x Rp. 40.375 = Rp. 2.018.750.000,-
Beban Deplesi tahun 20B :
Harga sumber daya (neto) Rp. 80.750.000.000,-
Beban Deplesi tahun 20A... Rp. 2.018.750.000,-
Sisa pada awal tahun 20A...Rp. 78.731.250.000,-
Sisa bijih besi setelah survey ( ton) = 3.125.000 ton
( 3.000.000 + 125.000)
Biaya Deplesi per ton Rp. 25.194,-
Biaya deplesi tahun 20B =
* 125.000 ton x Rp. 25.194,- = Rp. 3.149.250.000,-