Rabu, 28 November 2012

PENCEMARAN AKIBAT PENGOLAHAN MINYAK BUMI



PENCEMARAN AKIBAT PENGOLAHAN MINYAK BUMI


              Minyak bumi tidak seluruhnya terdiri dari hidrokarbon murni. Dalam minyak bumi terdapat juga zat pengotor (impurities) berupa sulfur (belerang), nitrogen dan logam. Pada umumnya zat pengotor yang banyak terdapat dalam minyak bumi adalah senyawa sulfur organik yang disebut merkaptan. Merkaptan ini mirip dengan hidrokarbon pada umumnya, tetapi ada penambahan satu atau lebih atom sulfur dalam molekulnya, seperti pada gambar berikut :

Metil merkaptan - CH3CH2SH

          Senyawa sulfur yang lebih kompleks dalam minyak bumi terdapat dalam bentuk tiofen dan disulfida. Tiofen dan disulfida ini banyak terdapat dalam rantai hidrokarbon panjang atau pada produk distilat pertengahan (middle distillate).

          Selain itu zat pengotor lainnya yang terdapat dalam minyak bumi adalah berupa senyawa halogen organik, terutama klorida, dan logam organik, yaitu natrium (Na), Vanadium (V) dan nikel (Ni).

          Titik didih minyak bumi parafin dan aspaltin tidak dapat ditentukan secara pasti, karena sangat bervariasi, tergantung bagaimana komposisi jumlah dari rantai hidrokarbonnya. Jika minyak bumi tersebut banyak mengandung hidrokarbon rantai pendek dimana memiliki jumlah atom karbon lebih sedikit maka titik didihnya lebih rendah, sedangkan jika memiliki hidrokarbon rantai panjang dimana memiliki jumlah atom karbon lebih banyak maka titik didihnya lebih tinggi menyebabkan korosi (khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan air.

          Selain itu, efek negatif dari pengolahan minyak bumi adalah pencemaran lingkungan, tanah, udara dan air.

          Pencemaran lingkungan dapat terjadi karena ekosistem lingkungan akan rusak, dan hubungan timbal balik antara beberapa populasi akan terganggu.

          Pencemaran tanah kemungkinan terjadi karena dalam proses pengolahannya pasti secara tidak langsung, minyak akan menetes ke permukaan tanah yang jika terus-menerus akan mengganggu kesuburan tanah.

          Pencemaran udara, untuk pencemaran ini sangat masuk akal karena hampir setiap mesin pasti menggunakan bahan bakar, dan kemudian akan menghasilkan asa tebal berwarna hitam yang baunya tidak enak, sehingga oksigen akan bercampur dengan asap ini dan menyebabkan oksigen tidak berfungsi.

          yang terakhir adalah pencemaran air. pencemaran ini dapat terjadi akibat bocornya saluran-saluran minyak di daerah perairan atau dapat terjadi karena tumpahnya wilayah di wilayah perairan. mengapa ini dapat menyebabkan encemaran air? karena minyak yang tumpah tidak bisa menyatu dengan air, sehingga minyak akan menutupi permukaan perairan ini menyebabkan alga-alga mati sehingga produsen untuk ikan-ikan akan berkurang. sementara kotoran-kotoran yang bercampur dengan minyak tersebut akan mengendap di dasar laut yang akan menyebabkan rusaknya terumbu karang di kawasan tersebut. jika ini tidak segera ditangani, maka ada kemungkinan ekosistem di wilayah tersebut akan rusak, dan yang lebih parah lagi populasi ikan akan terancam.



DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA



DAMPAK PENAMBANGAN BATUBARA


            Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo, 2003).

 a. Dampak Terhadap  Lingkungan
Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi lingkungan sekitarnya.

Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negaradan pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan pengangut berat.

Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga harus hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan mentah yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap industri penambangan kita.

   Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah dengan pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang termasuk yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan tidak boleh terjadi kesalahan.

               Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;

1.    Pencemaran air, 
          Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai, tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.

        Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan terkonsentrasi karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan membahayakan manusia. Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi merkuri.

2.    Pencemaran udara
                   Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan.  Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan  polutan ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan bronchitis kronis.

3.    Pencemaran Tanah
                   Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan secara permanen.
                   Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang  diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi gas rumah kaca.

            Aktivitas  pertambangan  batubara  juga  berdampak  terhadap  peningkatan laju  erosi tanah  dan  sedimentasi  pada  sempadan  dan  muara-muara  sungai.
           
            Kejadian  erosi  merupakan  dampak  tidak  langsung  dari  aktivitas  pertambangan
batubara melainkan dampak dari pembersihan  lahan untuk bukaan  tambang dan pembangunan fasilitas  tambang  lainnya  seperti  pembangunan  sarana  dan prasarana pendu
kung  seperti perkantoran,

            Permukiman  karyawan,Dampak  penurunan  kesuburan  tanah  oleh  aktivitas pertambangan batubara  terjadi  pada  kegiatan  pengupasan  tanah  pucuk  (top  soil)  dan tanah penutup  (sub  soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan merubah
sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari lapisan atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar  akibat pengupasan  tanah  tersebut.

KERUSAKAN AKIBAT PENAMBANGAN EMAS



KERUSAKAN AKIBAT PENAMBANGAN EMAS

            Kasus Newmont pada dasarnya hanya puncak sebuah gunung es besar. Siti Maimunah dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) memastikan semua operasi pertambangan membawa akibat yang tidak kecil pada lingkungan. ”Pengerukan lahan saja sudah menimbulkan kerusakan. Penambangan juga industri yang rakus air. Belum lagi soal pembuangan limbah,” ujarnya pekan lalu.
Pada dasarnya ada tiga jenis limbah yang muncul akibat operasi pertambangan. Pertama, overburden atau tanah buangan hasil pengerukan. Kedua, tailing. Ini sering jadi masalah karena jumlahnya besar dan mencemari air. Dan ketiga, air asam tambang yang potensial terbentuk saat permukaan bumi dibuka sehingga unsur tanah tidak seimbang dengan udara.
”Kita hanya menyebut kerusakan lingkungan itu pada tempatan (lokasi penambangan). Padahal ini masalah dari hulu hingga ke hilir,” kata Siti.
Berikut beberapa kasus pertambangan emas yang sempat dicatat TEMPO.

Penambangan Liar
Selain pertambangan resmi, penambangan liar juga memberikan kontribusi bagi kerusakan lingkungan.
Tersebar di beberapa wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, tapi luasnya tidak terdeteksi dengan baik.

PT Barisan Tropikal Mining
Klaim Jatam: Penambangan di Bukit Tembang, Desa Sukamenang, Kecamatan Muara Tiku, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, mengakibatkan kerusakan hutan. Setelah ditutup tahun 2001, banyak masyarakat sakit pernapasan, sakit perut, gatal-gatal, air sungai keruh, ikan susah didapat.


PT Indo Muro Kencana
Klaim Jatam: Penambangan emas di Barito Utara, Kalimantan Tengah, ini mengakibatkan pencemaran sungai dan kawasan pertambangan. Air Sungai Manghakui, yang melalui Desa Oreng Kecamatan Tanah Siang, yang semula jernih, jadi keruh. Ikan pun tidak bisa dikonsumsi.
PT Aneka Tambang
Klaim Jatam: Kerusakan lingkungan di lokasi penambangan emas di Gunung Pongkor, Jawa Barat. Konflik dengan penambang emas liar.
Jawaban Aneka Tambang: Lingkungan rusak akibat penambang liar.
PT Kelian Equatorial Mining
Klaim Jatam: Sungai Kelian, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur, tercemar sianida (CN) dan merkuri (Hg) akibat penambangan emas dan perak
PT Kelian Equatorial Mining (KEM).
Jawaban PT KEM: Pencemaran karena penambangan liar. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kal-Tim pernah melakukan pengujian dan hasilnya masih di bawah ambang batas kandungan logam berat dalam air. Lahan bekas tambang rencananya akan dijadikan hutan lindung.
PT Newmont Nusa Tenggara
Klaim Jatam : Pipa limbah tambang emas di Batu Hijau, Sumbawa, pernah bocor.
Jawaban Newmont: Kebocoran langsung diatasi. Yang keluar campuran bahan tidak beracun.
PT Newmont Minahasa Raya
Klaim Jatam: Newmont Minahasa Raya (NMR) membuang tak kurang dari 2.000 ton limbah ke Teluk Buyat, Sulawesi Utara, menggunakan pipa sepanjang 900 meter. Penelitian Walhi menunjukkan tiap tahun kadar merkuri di Teluk Buyat meningkat. Ratusan warga menderita berbagai penyakit kulit.
NMR: Tidak ada pencemaran. Tailing Newmont Minahasa yang dibuang ke perairan tidak hitam, tapi merah.

PT Freeport Indonesia
Klaim Jatam: Pengerukan tembaga dan emas meninggalkan lubang raksasa sedalam 700 meter. Danau Wanagon menjadi tumpukan batuan limbah (overburden) yang sangat asam dan beracun. Tiga sungai utama di Mimika—Sungai Aghawagon, Sungai Otomona, dan Sungai Ajkwa—jadi tempat pembuangan tailing.
Jawaban PT Freeport Indonesia:
Tailing dan limbah sudah diolah. Reklamasi dan penghijauan sudah dilakukan. PT Freeport Indonesia juga yang pertama menggunakan sistem pengelolaan lingkungan berstandar ISO (Organisasi Standardisasi Internasional) 14001.
Sumber: data diolah dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dan publikasi tiap perusahaan

Si Pembawa Maut
Antimon
Antimon (Sb) sudah dikenal sejak abad ke-17. Terdiri dari dua bentuk, metal padat berwarna perak dan serbuk halus berwarna abu-abu. Banyak digunakan dalam industri untuk menguatkan metal lainnya. Juga untuk baterai, peluru, dan pelapis kabel.
Arsenik
Arsenik (As) adalah logam toksik yang terdapat di alam, air, dan batu. Berwarna abu-abu, berbentuk kristal, dan rapuh. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kematian dan penyakit lain. Susah dideteksi karena tidak berbau dan tidak terasa.
Merkuri
Merkuri (Hg) atau air raksa. Sudah digunakan sejak masa Mesir kuno 1.500 tahun sebelum Masehi. Keracunan merkuri mengakibatkan kerusakan permanen pada otak, sistem saraf, paru-paru, usus, ginjal, dan bahkan kematian.
Alternatif Pengolahan Limbah Logam Berat
Sistem pembuangan limbah padat (tailing) seperti dilakukan PT Newmont Minahasa Raya di Teluk Buyat berisiko tinggi. Maklumlah, teknologi pembuangan tailing yang disebut submarine tailing disposal (STD) ini menggunakan prinsip termoklin alias membuang limbah ke dasar laut.
Menurut Hazardous Substance Research Center di St. Louis, Amerika Serikat, ada dua teknologi alternatif untuk mengolah limbah padat berkandungan merkuri (Hg) dan arsenik (As), yaitu low temperature thermal desorption (LTTD), atau teknologi phytoremediation.


Low Temperature Thermal Desorption
Material diuraikan pada suhu rendah (< 300 derajat Celsius) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan udara lebih kecil dari 1 atmosfer. Material akan lebih mudah diuapkan daripada dalam kondisi tekanan tinggi. Dengan sistem ini, polutan merkuri dan arsen akan menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang telah bersih dari polutan dapat dibuang ke tempat penampungan.
Keunggulan: Proses pengolahan cepat, investasi peralatan murah.
Kelemahan : Daerah buangan terbatas.
Phytoremediation
Menggunakan pohon, rumput, atau tanaman lain sebagai alat pengolah bahan pencemar. Limbah padat atau cair yang akan diolah ditanami tanaman tertentu yang menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar dalam limbah.
Keunggulan: Mudah dan murah.Kelemahan: Perlu waktu lama dan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman. Limbah di bawah tanah tak terjangkau. Tanaman kemungkinan beracun.

( sumber : http://majalah.tempointeraktif.com)