KERUSAKAN AKIBAT
PENAMBANGAN EMAS
Kasus
Newmont pada dasarnya hanya puncak sebuah gunung es besar. Siti Maimunah dari
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) memastikan semua operasi pertambangan membawa
akibat yang tidak kecil pada lingkungan. ”Pengerukan lahan saja sudah
menimbulkan kerusakan. Penambangan juga industri yang rakus air. Belum lagi
soal pembuangan limbah,” ujarnya pekan lalu.
Pada dasarnya ada tiga jenis limbah yang muncul akibat
operasi pertambangan. Pertama, overburden atau tanah buangan hasil pengerukan.
Kedua, tailing. Ini sering jadi masalah karena jumlahnya besar dan mencemari
air. Dan ketiga, air asam tambang yang potensial terbentuk saat permukaan bumi
dibuka sehingga unsur tanah tidak seimbang dengan udara.
”Kita hanya menyebut kerusakan lingkungan itu pada
tempatan (lokasi penambangan). Padahal ini masalah dari hulu hingga ke hilir,”
kata Siti.
Berikut beberapa kasus pertambangan emas yang sempat
dicatat TEMPO.
Penambangan Liar
Selain pertambangan resmi, penambangan liar juga
memberikan kontribusi bagi kerusakan lingkungan.
Tersebar di beberapa wilayah Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku, tapi luasnya tidak terdeteksi dengan baik.
PT Barisan Tropikal Mining
Klaim Jatam: Penambangan di Bukit Tembang, Desa
Sukamenang, Kecamatan Muara Tiku, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan,
mengakibatkan kerusakan hutan. Setelah ditutup tahun 2001, banyak masyarakat
sakit pernapasan, sakit perut, gatal-gatal, air sungai keruh, ikan susah
didapat.
PT Indo Muro Kencana
Klaim Jatam: Penambangan emas di Barito Utara,
Kalimantan Tengah, ini mengakibatkan pencemaran sungai dan kawasan
pertambangan. Air Sungai Manghakui, yang melalui Desa Oreng Kecamatan Tanah
Siang, yang semula jernih, jadi keruh. Ikan pun tidak bisa dikonsumsi.
PT Aneka Tambang
Klaim Jatam: Kerusakan lingkungan di lokasi
penambangan emas di Gunung Pongkor, Jawa Barat. Konflik dengan penambang emas
liar.
Jawaban Aneka
Tambang: Lingkungan rusak akibat penambang liar.
PT Kelian Equatorial
Mining
Klaim Jatam: Sungai Kelian, Kabupaten Kutai,
Kalimantan Timur, tercemar sianida (CN) dan merkuri (Hg) akibat penambangan
emas dan perak
PT Kelian Equatorial
Mining (KEM).
Jawaban PT KEM: Pencemaran karena penambangan liar.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Kal-Tim pernah
melakukan pengujian dan hasilnya masih di bawah ambang batas kandungan logam
berat dalam air. Lahan bekas tambang rencananya akan dijadikan hutan lindung.
PT Newmont Nusa Tenggara
PT Newmont Nusa Tenggara
Klaim Jatam : Pipa limbah tambang emas di Batu Hijau,
Sumbawa, pernah bocor.
Jawaban Newmont: Kebocoran langsung diatasi. Yang
keluar campuran bahan tidak beracun.
PT Newmont Minahasa
Raya
Klaim Jatam: Newmont Minahasa Raya (NMR) membuang tak
kurang dari 2.000 ton limbah ke Teluk Buyat, Sulawesi Utara, menggunakan pipa
sepanjang 900 meter. Penelitian Walhi menunjukkan tiap tahun kadar merkuri di
Teluk Buyat meningkat. Ratusan warga menderita berbagai penyakit kulit.
NMR: Tidak ada pencemaran. Tailing Newmont Minahasa yang dibuang ke perairan tidak hitam, tapi merah.
NMR: Tidak ada pencemaran. Tailing Newmont Minahasa yang dibuang ke perairan tidak hitam, tapi merah.
PT Freeport Indonesia
Klaim Jatam: Pengerukan tembaga dan emas meninggalkan
lubang raksasa sedalam 700 meter. Danau Wanagon menjadi tumpukan batuan limbah
(overburden) yang sangat asam dan beracun. Tiga sungai utama di Mimika—Sungai
Aghawagon, Sungai Otomona, dan Sungai Ajkwa—jadi tempat pembuangan tailing.
Jawaban PT Freeport
Indonesia:
Tailing dan limbah sudah diolah. Reklamasi dan
penghijauan sudah dilakukan. PT Freeport Indonesia juga yang pertama
menggunakan sistem pengelolaan lingkungan berstandar ISO (Organisasi
Standardisasi Internasional) 14001.
Sumber: data diolah
dari Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) dan publikasi tiap perusahaan
Si Pembawa Maut
Si Pembawa Maut
Antimon
Antimon (Sb) sudah
dikenal sejak abad ke-17. Terdiri dari dua bentuk, metal padat berwarna perak
dan serbuk halus berwarna abu-abu. Banyak digunakan dalam industri untuk
menguatkan metal lainnya. Juga untuk baterai, peluru, dan pelapis kabel.
Arsenik
Arsenik (As) adalah logam toksik yang terdapat di alam, air, dan batu. Berwarna abu-abu, berbentuk kristal, dan rapuh. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kematian dan penyakit lain. Susah dideteksi karena tidak berbau dan tidak terasa.
Arsenik (As) adalah logam toksik yang terdapat di alam, air, dan batu. Berwarna abu-abu, berbentuk kristal, dan rapuh. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan kematian dan penyakit lain. Susah dideteksi karena tidak berbau dan tidak terasa.
Merkuri
Merkuri (Hg) atau air raksa. Sudah digunakan sejak masa Mesir kuno 1.500 tahun sebelum Masehi. Keracunan merkuri mengakibatkan kerusakan permanen pada otak, sistem saraf, paru-paru, usus, ginjal, dan bahkan kematian.
Merkuri (Hg) atau air raksa. Sudah digunakan sejak masa Mesir kuno 1.500 tahun sebelum Masehi. Keracunan merkuri mengakibatkan kerusakan permanen pada otak, sistem saraf, paru-paru, usus, ginjal, dan bahkan kematian.
Alternatif Pengolahan
Limbah Logam Berat
Sistem pembuangan limbah padat (tailing) seperti
dilakukan PT Newmont Minahasa Raya di Teluk Buyat berisiko tinggi. Maklumlah,
teknologi pembuangan tailing yang disebut submarine tailing disposal (STD) ini
menggunakan prinsip termoklin alias membuang limbah ke dasar laut.
Menurut Hazardous Substance Research Center di St.
Louis, Amerika Serikat, ada dua teknologi alternatif untuk mengolah limbah
padat berkandungan merkuri (Hg) dan arsenik (As), yaitu low temperature thermal
desorption (LTTD), atau teknologi phytoremediation.
Low Temperature Thermal Desorption
Material diuraikan pada suhu rendah (< 300 derajat
Celsius) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan udara lebih
kecil dari 1 atmosfer. Material akan lebih mudah diuapkan daripada dalam
kondisi tekanan tinggi. Dengan sistem ini, polutan merkuri dan arsen akan
menguap (desorpsi), sedangkan limbah padat yang telah bersih dari polutan dapat
dibuang ke tempat penampungan.
Keunggulan: Proses pengolahan cepat, investasi peralatan murah.
Keunggulan: Proses pengolahan cepat, investasi peralatan murah.
Kelemahan : Daerah
buangan terbatas.
Phytoremediation
Menggunakan pohon, rumput, atau tanaman lain sebagai
alat pengolah bahan pencemar. Limbah padat atau cair yang akan diolah ditanami
tanaman tertentu yang menyerap, mengumpulkan, mendegradasi bahan-bahan pencemar
dalam limbah.
Keunggulan: Mudah dan
murah.Kelemahan: Perlu waktu lama dan pupuk untuk menjaga kesuburan tanaman.
Limbah di bawah tanah tak terjangkau. Tanaman kemungkinan beracun.
( sumber :
http://majalah.tempointeraktif.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar